A.ALI ’IMRAN :159
159. Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah
kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi
berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu
ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan
mereka dalam urusan itu[246]. Kemudian apabila kamu telah
membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.
Allah SWT menjelaskan bahwa setiap manusia hidup di dunia tidak terlepas dari problem dan persoalan yang dihadapi. Untuk itu mereka harus dapat memecahkan masalah tersebut. Adapun cara menyelesaikan persoalan hidup dalam surat Ali Imran ayat 159 dijelaskan, harus dengan mencontoh dan mengambil teladan dari nabi Muhammad SAW yaitu dengan cara lemah lembut berdasarkan rahmat Allah SWT, setiap persoalan diselesaikan dengan jalan musyawarah.
Orang yang selalu bersikap keras dalam menghadapi masalah maka ia akan dijauhkan dalam pergaulan. Oleh karena itu, apabila kita terlanjur berbuat salah dan berlaku kasar kepada orang lain maka segeralah minta maaf atas segala kesalahan yang telah diperbuat. Baik dengan tidak sengaja, apalagi disengaja.
Kalau kita mempunyai persoalan, sedang kita sudah memecahkannya dengan cara bermusyawarah yang kita kehendaki maka kita serahkan saja kepada Allah SWT apa hasil yang akan dicapai nanti. Karena sesungguhnya Allah SWT menyukai orang-orang yang bertakwa dan berserah diri kepadanya.
Rasulullah telah memberikan contoh tentang musyawarah. Menjelang perang Uhud terjadi perbedaan pendapat antara beliau dengan sejumlah sahabat. Nabi SAW berpendapat sebaiknya orang Islam bertahan di dalam kota, tetapi sebagian sahabat beliau agar musuh dihadapai di luar kota. Nabi akhirnya menerima usul mereka walaupun dengan berat hati. Setelah terbukti kalah dalam perang itu, Nabi tetap bersikap lemah lembut kepada mereka.
Hal yang penting, selalu menyepakati sesuatu melalui musyawarah, yaitu semua pihak harus teguh dengan pilihan kesepakatannya, bukan menyesali hasil pilihan. Allah SWT pasti akan membela mereka yang telah bersikap istiqamah dan bertawakal kepada Allah.
Kandungan isi QS. Ali Imran : 159
Pada ayat ini Allah memuji akhlak nabi Muhammad
SAW. yang tinggi dalam memimpin masyarakat Islam. Meskipun dalam keadaan
genting, seperti terjadinya pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh
sebagian kaum muslimin pada peperanganUhud sehingga menyebabkan kaum muslimin
menderita kekalahan, tetapi Rasulullah tetap bersikap lemah lembut dan tidak
marah terhadap yang melanggar itu, bahkan memaafkannya dan memohonkan untuk
mereka ampunan dari Allah SWT andai kan nabi Muhammad SAW bersikap keras dan
berhati kasar tentulah mereka akan menjauhkan diri dari beliau.
Di samping itu, Rasulullah selalu bermusyawarah
dengan mereka dalam segala hal, apalagi dalam urusan peperangan. Oleh karena
itu kaum muslimin patuh melaksanakan keputusan-keputusan musyawarah itu karena
keputusan itu merupakan keputusan mereka sendiri bersama Rasulullah. Mereka
tetap berjuang dan berjihad di jalan Allah dengan tekad yang bulat tanpa
menghiraukan bahaya dan kesulitan yang mereka hadapi. Mereka bertawakkal
sepenuhnya hanya kepada Allah karena tidak ada yang dapat membela kaum muslimin
selain Allah SWT. Gambaran di atas merupakan asbabun Nuzul (peristiwa yang
melatar belakangi turunnya) QS. Ali Imran : 159.
Perilaku yang mencerminkan QS. Ali Imran : 159.
Dari analisa, setidaknya ada 4 perilaku yang
seharusnya dimiliki oleh manusia terutama kaum muslimin baik di dalam
melaksanakan musyawarah maupun di luar musyawarah, yaitu :
a.
Sikap lemah lembut, merupakan sikap
yang sangat penting dimiliki terutama bagi seorang pemimpin, untuk mendapatkan
simpati dari oeng-orang yang di sekelilingnya atau yang dipimpinnya. Sebaliknya
sikap kasar dank eras kepala/keras hati akan sangat membahayakan seseorang
dalam berhubungan dengan orang lain, karena bisa merusak hubungan yang sudah
terjalin baik. Oleh karena itu sedapat mungkin kita miliki sikap lemah lembut,
ramah dan sopan dalam kehidupan sehari-hari.
b.
Musyawarah merupakan salah satu bentuk
kebebasan berdemokrasi, di dalam Islam berdemokrasi tidak pernah dikekang
bahkan dianjurkan dan diperintahkan, Islam mempersilakan kepada siapa saja
untuk mengadakan perkumpulan baik dalam bidang ekonomi, sosial, politik dan
sebagainya, tetapi standar moral harus dipatuhi dan tujuannya harus diarahkan
untuk menegakkan kebenaran dan keadilan( amar ma’ruf nahi ‘anil mungkar).
Islam juga memberikan hak dan kebebasan berpikir
dan mengemukakan pendapat bagi umat Islam, sepanjang kebebasan tersebut
digunakan unfuk menyebarluaskan kebenaran dan kebajikan, bukan untuk kejahatan
dan kekejian.
Musyawarah adalah media untuk mensinkronkan
perbedaan-perbedaan dalam keputusan yang dapat diterima oleh semua pihak.
c.
Keberhasilan kita dalam musyawarah
sangat ditentukan oleh sikap-sikap kita terhadap orang lain seperti lembut
hati, tidak kasar dan keras kepala, memaafkan kesalahan orang lain dan
memohonkan ampun kepada Allah. Jika semuanya sudah dilakukan dengan maksimal,
maka kita juga harus mneyerahkan hasil dan segala urusan kita akhirnya kepada
Allah SWT Yang Maha Berkuasa atas segala sesuatu (bertawakkal).
d.
Dengan tawakkal, semua permasalahan
yang kita hadapi akan mendapatkan hasil seperti yang kita inginkan, karena
orang-orang yang bertawakkal dicintai oleh Allah. Karena itulah dalam kehidupan
sehari-hari kita harus slalu bertawakkal kepada Allah setelah berusaha secara
maksimal.
Al-Qur'an menyelipkan nilai-nilai demokrasi yang
tercermin dalam dialog nabi Ibrahim a.s. dan Nabi Ismail a.s. dalam QS.
As-Shaffat: 102.
Meskipun mendapat perintah Allah, tetapi nabi
Ibrahim yang tidak pernah bertindak otoriter, beliau tetap menggunakan
cara-cara yang demokratis/sikap yang demikian ini hendaknya dipraktekkan dalam
kehidupan sehari-hari.
ASY SYURA:38
Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan
mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara
mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada
mereka.” (QS Asy Syura : 38)Isi Kandungan
Dalam ayat tersebut Allah menyerukan agar umat Islam mengesakan dan mnyembah Allah SWT. Menjalankan shalat fardu lima waktu tepat pada waktunya. Apabila mereka menghadapmasalah maka harus diselesaikan dengan cara musyawarah. Rasulullah SAW sendiri mengajak para sahabatnya agar mereka bermusyawarah dalam segala urusan, selain masalah-masalah hukum yang telah ditentukan oleh Allah SWT. Persoalan yang pertama kali dimusyawarahkan oleh para sahabat adalah khalifah. Karena nabi Muhammad SAW sendiri tidak menetukan siapa yang harus jadi khalifah setelah beliau wafat. Akhirnya disepakati Abu Bakarlah yang menjadi khalifah.
Pada akhir ayat tersebut dijelaskan bahwa apabila kita diberi rizki harus dinafkahkan kepada kebaikan. Misalnya, diberikan kepada mereka yang membutuhkan baik secara individu maupun kelompok.
Kandungan Isi QS. Asy-Syura : 38
Dari ayat tersebut di atas dapat dipahami bahwa
sesuai petunjuk Al Quran, Rasulullah Saw mengembangkan budaya musyawarah
dikalangan para sahabatnya. Beliau sendiri meski seorang Rasul, amat gemar
berkonsultasi dengan para pengikutnya dalam soal-soal kemasyarakatan. Tetapi
dalam berkonsultasi Rasulullah Saw tidak hanya mengikuti satu pola saja. Kerap
kali beliau bermusyawarah hanya dengan beberapa sahabat senior. Tidak jarang
pula beliau hanya meminta pertimbangan dari orang-orang ahli dalam hal yang
dipersoalkan atau profesional. Terkadang beliau melempar masalah-masalah kepada
pertemuan yang lebih besar, khususnya masalah-masalah yang mempunyai dampak
yang luas bagi kepentingan masyarakat.
Disamping itu dapat dipahami pula bahwa orang-orang
yang memiliki komitmen dalam ketaatan memenuhi seruan Allah, yaitu selalu
menegakkan shalat, selalu menyelesaikan segala urusan keduniaan dengan
musyawarah, menegakkan prinsip-prinsip musyawarah, memanfaatkan rezeki yang
dikaruniakan oleh Allah selalu dinafkahkan (dikeluarkan) untuk jalan Allah swt,
maka balasannya di sisi Allah itu lebih baik dan lebih kekal, yaitu berupa
kesejahteraan dan kebahagiaan hidup yang abadi di dalam surga, termasuk juga
bagi orang-orang yang taat kepada Tuhan mereka.
Perilaku
yang mencerminkan QS. Asy Syura : 38
Agar musyawarah berjalan tertib dan menghasilkan
kemaslahatan bagi orang banyak, maka peserta musyawarah harus mengedapankan
sikap-sikap sebagai berikut:
1.
Sikap lemah lembut, menghindari tutur
kata yang kasar dan sikap keras kepala
2.
Lapang dada dan sikap mental untuk
selalu bersedia memberi maaf, karena tiada musyawarah jika kecerahan fikiran
dan kejernihan nurani tidak hadir di lubuk hati peserta musyawarah.
3.
Seimbang pemakaian pertimbangan akal
dan hati nurani, khusus hati nurani ini dalam istilah keagamaan disebut juga
ilham, hidayah atau firasat.
4.
Mengimplementasikan prinsip-prinsip
musyawarah dalam memecah-kan segala persoalan kehidupan, seperti:
a.
Tidak memaksakan kehendak/pendapat
(QS. Ali Imran : 159)
b.
Mengutamakan kepentingan bersama (QS.
Asy-Syura : 38)
c.
Menjunjung semangat kekeluargaan dan
kebersamaan (Al-Hadits)
d.
Menjunjung tinggi harkat dan martabat
manusia serta nilai kebenaran (QS. Asy-Syura : 38)
e.
Hasil keputusan harus bersifat
mengikat dan dilaksanakan dengan i'tikad yang baik, penuh rasa tanggung jawab
(QS. Ali Imran: 159)
f. Dilakukan dengan menggunakan akal sehat dan hat